"Sangga Buana" arti setitik embun di padang pasir | Pamungkas [dot] id
logo blog
Selamat Datang di Pamungkas [dot] id
Terima kasih atas kunjungan Anda di Pamungkas.id, silahkan tinggalkan komentar atau email ke jiwa.pamungkas@gmail.com untuk berdiskusi
Disclaimer: Blog ini merupakan blog personal, Penulis tidak bertanggung jawab terhadap segala bentuk kesalahan dan kerugian akibat penggunaan data dalam blog
baik secara langsung maupun tidak langsung. Terutama yang berkaitan dengan data teknis. Jadilah netizen yang bijak.

"Sangga Buana" arti setitik embun di padang pasir

Jakarta sebagai ibukota negara berkembang pesat menjelma menjadi megapolitan yang modern. Pertumbuhan penduduk melonjak dalam jangka waktu 20 tahun terakhir. Pembangunan infrastruktur berkejaran dengan kebutuhan masyarakat yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Permukiman penduduk berkembang meluas hingga jauh ke pinggiran Jakarta. Kosekuensi logis dari itu semua adalah makin sedikitnya jumlah lahan untuk pertanian maupun ruang terbuka hijau yang tersedia di Jakarta. Pembangunan hanya berorientasi fisik dengan mengesampingkan efek terhadap sosial dan budaya masyarakat. Keadaan ini diperparah dengan perilaku sebagian masyarakat yang abai dan lalai terhadap kelestarian lingkungan. Sungai dan tanah tercemari, penanganan sampah tidak dikelola dengan baik. Hal ini mengakibatkan muncul keresahan terkait dengan kelestarian lingkungan hidup di kota Jakarta.

Keresahan inilah yang telah lama ditangkap oleh H. Chaerudin yang lebih dikenal sebagai Babeh Idin. Berpegang kearifan lokal yang dipegang teguhnya yakni “Jawara Betawi”, sejak 1989 Babeh Idin terus berusaha menyadarkan masyarakat untuk menjaga sungai dan lingkungan khususnya Kali Pesanggrahan Jakarta Selatan yang tidak jauh dari tempat Babeh Idin tinggal. Bukan tanpa rintangan, kesadaran masyarakat yang rendah dan belum adanya pemahaman yang benar tentang pentingnya melestarikan sungai dan lingkungan di sekitarnya menyebabkan masyarakat masih sangat susah untuk turut serta berperan.



Babeh Idin jawara penjaga lingkungan

Baru pada tanggal 17 Februari 1998 Babeh Idin bersama beberapa warga sekitar mendirikan Kelompok Tani Lingkungan Hidup “Sangga Buana” (KTLH Sangga Buana). Harapannya dengan mendirikan kelompok tani, Babeh Idin dapat menunjukkan pada masyarakat bahwa dengan menjaga lingkungan nantinya masyarakat dapat mendapat manfaat ekonomi dari lingkungan yang terjaga tersebut. Sangga berarti tiang, dan buana adalah bumi maka Sangga Buana memiliki harapan bahwa sekecil apapun manusia harus menjaga dan menopang kehidupan di bumi salah satunya dengan menjaga kelestarian lingkungan.

Sangga Buana memusatkan kegiatannya di sekitar Kali Pesanggrahan, Karang Tengah Jakarta Selatan dengan luas area sekitar 40 hektar yang disebut dengan hutan kota. Kegiatan berupa penghijauan wilayah sungai, penanaman tanaman produksi, budidaya ikan air tawar di sekitar sungai, peternakan dan pengelolaan sampah mandiri.

Lokasi KTLH Sangga Buana

Untuk penghijauan area sekitar sungai digunakan tanaman bambu dan tanaman produksi lain seperti tanaman buah dan tanaman lain yang bisa diambil hasilnya oleh masyarakat sekitar secara bebas asalkan ikut serta menjaga kelestariannya. Cara ini terbukti efektif meningkatkan peran serta masyarakat. Masyarakat perlahan paham dengan menjaga lingkungan terutama wilayah sungai, alam akan menyediakan kecukupan kebutuhan dan manfaat lain yang luar biasa.

Kerja keras Babeh Idin dan anggota KTLH Sangga Buana tidak hanya merubah lingkungan dan masyarakat dan menjadikan lingkungan lebih baik akan tetapi juga mengundang kekaguman dan penganugerahan penghargaan dari banyak pihak, diantaranya:


  • Penyelamatan Air Sektor Masyarakat pada Apresiasi Hari Sedunia 2003 dari Departemen KIMPRASWIL.
  • Piagam penghargaan sebagai peserta pelatihan kelompok pemuda produktif daerah khusus ibukota Jakarta dengan thema: ”Meningkatkan Partisipasi Aktf Pemuda Menuju Kemandirian Di Era AFTA 2003” di Cibubur tanggal 19 s/d 21 Juli 2002 dari dinas olahraga dan pemuda propinsi DKI Jakarta.
  • Piagam pengakuan kelas lanjut sebagai pendorong bagi kelompok tani nelayan untuk mengembangkan lebih lanjut dan sebagai syarat untuk mengikuti penilaian kemampuan kelompok tani nelayan kelas madya dari camat cilandak Kota Madya Jakarta Selatan pada tanggal 4 Juli 2002.
  • Piagam penghargaan atas jerih payahnya dalam peran serta kegiatan gerakan peduli sampah, membantu pembersihan sampah pasca bencana banjir yang melanda Jakarta pada awal bulan Februari 2002 dari Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka pada tanggal 18 Maret 2002.
  • Penghargaan Internasional Dubai untuk kategori ”Best Practise” pada Februari 2000.
  • Pemenang I Puncak penghijauan dan konservasi Alam Nasional (PPKAN) ke-41 Tingkat Propinsi DKI Jakarta bulan Desember tahun 2001.
  • Piagam Penghargaan sebagai peringkat pertama dalam rangka lomba penghijauan dan konservasi Alam Nasional Tingkat Propinsi DKI Jakarta dari Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada tanggal 23 November 2001.
  • Piagam Penghargaan sebagai Kelompok Tani Penghijauan Terbaik Propinsi DKI Jakarta dari Departemen Kehutanan Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan Dan Perhutanan Nasional pada bulan Oktober 2001.
  • Piagam penghargaan KALPATARU 2000 Tingkat Propinsi DKI Jakarta sebagai penyelamat lingkungan Dalam rangka Peringatan Hari Lingkungan Hidup 2000 di Propinsi DKI Jakarta dari Gubernur Propinsi DKI Jakarta Pada Tanggal 22 Juni 2000.
  • Piagam Pengargaan Atas peran sertanya dalam kegiatan loka karya “ Optimalisasi Pemanfaatan Limbah Menuju Produksi Air Limbah “ yang di selenggarakan Atas BAPEDAL dengan BATAN dan Yayasan Kirai Indonesia pada tanggal 20 November 2000 di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Isotop dan Radiasi BATAN, Jakarta dari BAPEDAL dan BATAN.
  • Piagam penghargaan KALPATARU 2013 Tingkat Nasional.
*dirangkum dari berbagai sumber


Sederet penghargaan tersebut tidak lantas membuat Babeh Idin dan KTLH Sangga Buana berbangga diri. Mereka merasa bahwa kerja keras menjaga lingkungan tidak boleh terhenti dan harus diteruskan kepada generasi selanjutnya. Masyarakat harus selalu dilibatkan, sekecil apapun peran mereka karena setitik embun pun akan sangat berarti di padang pasir

@cocoricodisko
Enter your email address to get update from Coco.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Comments
0 Comments

Buat ulasan ini jauh lebih menarik dengan mengirim komentar dan saran, bisa juga melalui e-mail: jiwa.pamungkas@gmail.com, atau twitter @cocoricodisko. Thanks

Copyright © 2014. Pamungkas [dot] id - All Rights Reserved | Privacy Policy | Template Created by Coco Proudly powered by Blogger
close